September 24, 2012 By Abu Dujanah
– Manuela Mirela Tanescu lahir dan besar di Bukarest, Rumania . Keluarganya merupakan penganut Kristen Ortodoks. Namun, dari k
– Manuela Mirela Tanescu lahir dan besar di Bukarest, Rumania . Keluarganya merupakan penganut Kristen Ortodoks. Namun, dari k
ecil ia tidak pernah
ke gereja.
“Keluargaku tidak terlalu religius, tapi kita selalu percaya adanya Tuhan,” akunya seperti dinukil onislam.net.
Jalan hidupnya berubah, ketika ia dinikahi Muslim Palestina.Melalui suaminya itu ia berkenalan dengan Islam. Hingga akhirnya setelah mengunjungi Yordania, Suriah, Iran, Pakistan, Malaysia dan Indonesia, Mirela memutuskan memeluk Islam di Teheran, Iran.
“Saya berterima kasih padanya,” kenang Mirela.
Menurut Mirela, Islam adalah agama yang mudah dimengerti dan logis. Berbeda dengan ajaran Kristen yang membingungkan.
Mirela mencontohkan, umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu, sementara orang Kristen hanya beribadah pada hari Ahad saja. Singkatnya, kewajiban itu membuat umat Islam cenderung religius ketimbang umat Nasrani.
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Manuela Mirela mulai mendalami agama baru yang dipeluknya. Tak hanya terpesona dengan tata cara beribadah umat Islam, ia juga tertarik dengan tata cara kehidupan umat muslim di sejumlah negara Islam.
Hal lain yang menarik perhatian dirinya adalah selama kunjungannya ke sejumlah negara Islam, lingkungan yang ditinggali umat Islam lebih bersih ketimbang daerah yang dihuni non-muslim. Selain itu, Islam menghormati dan memuliakan semua Nabi dan Rasul.
“Jadi, aku mencintai Nabi Muhammad SAW tanpa kehilangan Yesus,” kata dia.
Kekaguman Mirela lainnya adalah Islam sangat menghargai perempuan. Sebabnya, ia merasa heran dengan sikap Barat yang selalu saja menyatakan muslimah itu derajatnya lebih rendah daripada laki-laki. Padahal, perempuan Barat justru lebih direndahkan sebagai akibat dari materialistis peradaban barat.
Mereka menjadi komoditas dan objek seksual tanpa batas. Sementara Islam, tidak demikian. (baca: Manuela Mirela: Islam Agama yang Mudah Dimengerti).
“Aku melihat banyak orang yang membenci Islam karena mereka tidak tahu bagaimana Islam sebenarnya. Itu juga menjadi otokritik kita, yang kadang lupa dengan identitas sebagai muslim,” papar dia.
ke gereja.
“Keluargaku tidak terlalu religius, tapi kita selalu percaya adanya Tuhan,” akunya seperti dinukil onislam.net.
Jalan hidupnya berubah, ketika ia dinikahi Muslim Palestina.Melalui suaminya itu ia berkenalan dengan Islam. Hingga akhirnya setelah mengunjungi Yordania, Suriah, Iran, Pakistan, Malaysia dan Indonesia, Mirela memutuskan memeluk Islam di Teheran, Iran.
“Saya berterima kasih padanya,” kenang Mirela.
Menurut Mirela, Islam adalah agama yang mudah dimengerti dan logis. Berbeda dengan ajaran Kristen yang membingungkan.
Mirela mencontohkan, umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu, sementara orang Kristen hanya beribadah pada hari Ahad saja. Singkatnya, kewajiban itu membuat umat Islam cenderung religius ketimbang umat Nasrani.
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Manuela Mirela mulai mendalami agama baru yang dipeluknya. Tak hanya terpesona dengan tata cara beribadah umat Islam, ia juga tertarik dengan tata cara kehidupan umat muslim di sejumlah negara Islam.
Hal lain yang menarik perhatian dirinya adalah selama kunjungannya ke sejumlah negara Islam, lingkungan yang ditinggali umat Islam lebih bersih ketimbang daerah yang dihuni non-muslim. Selain itu, Islam menghormati dan memuliakan semua Nabi dan Rasul.
“Jadi, aku mencintai Nabi Muhammad SAW tanpa kehilangan Yesus,” kata dia.
Kekaguman Mirela lainnya adalah Islam sangat menghargai perempuan. Sebabnya, ia merasa heran dengan sikap Barat yang selalu saja menyatakan muslimah itu derajatnya lebih rendah daripada laki-laki. Padahal, perempuan Barat justru lebih direndahkan sebagai akibat dari materialistis peradaban barat.
Mereka menjadi komoditas dan objek seksual tanpa batas. Sementara Islam, tidak demikian. (baca: Manuela Mirela: Islam Agama yang Mudah Dimengerti).
“Aku melihat banyak orang yang membenci Islam karena mereka tidak tahu bagaimana Islam sebenarnya. Itu juga menjadi otokritik kita, yang kadang lupa dengan identitas sebagai muslim,” papar dia.