300 TAHUN lebih dijajah bangsa asing dan 32 tahun bangsa sendiri membuat kita diwarisi mental buruk ketika berhadapan dengan pejabat. Kita seperti inferior manakala berbicara dengan mereka. Kita menganggap mereka sosok yang harus dipuja-puja, seperti seorang rakyat jelata mengagumi rajanya. Ironis, karena sejatinya
kita membiayai gaji para pejabat dengan uang pajak yang kita bayar tiap bulan.
Hubungan rakyat dan pejabat seperti ini harus segera kita tinggalkan. Mereka bukan atasan kita, karena kitalah, rakyat, atasan para pejabat. Mereka harus melayani kita sebaik-baiknya. Para pejabat harus mempermudah kita dalam menjalani kerasnya hidup. Bukan waktunya para pejabat meminta kita melayani. Karena rakyat bukan kacung, para pejabatlah kacung rakyat.
Pejabat bukan hanya ada di eksekutif, tetapi juga ada di lembaga legislatif dan yudikatif. Mereka tersebar dari pusat sampai daerah. Dari presiden, menteri, anggota DPR, hakim, jaksa, tentara, polisi, pns, lurah, sekretaris desa, dan orang-orang yang digaji dari uang rakyat.
Bersikaplah biasa saat bertemu pejabat. Tak usahlah membungkuk-bungkuk saat menyambut mereka. Saat berbicara, tatap mata mereka dan tanyakan apakah mereka sudah mengelola jabatan yang kita amanahkan dengan baik. Apakah uang yang kita berikan, sudah dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat? Lihatlah di sekitar anda, apakah fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, sudah di urus dengan baik? Bagaimana dengan pelayanan di kantor-kantor pemerintahan? Sudahkah kita diberi pelayanan kelas satu? Jika belum, kita tak pantas menghormati mereka. Karena sebagai kacung, mereka gagal.
Mari kita kampanyekan istilah “PEJABATKU, KACUNGKU”. Tujuannya adalah menyadarkan diri kita jika kita adalah majikan para pejabat. Sebagai majikan, kita menuntut kacung kita memberi pelayanan sebaik-baiknya. Sebarkan logo yang saya buat agar para pejabat sadar mereka bukan raja. Mereka hanya KACUNG. (*)
https://www.facebook.com/notes/kartun-iwan-iwe/pejabatku-kacungku/355206844512834